Buku pertama hasil karya kita bersama, krue TPHP at Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM,,,
to my partner: Zayyini Nahdlah yang sudah ngelayout, Griyaningsih yang sudah banyak menyumbangkan tulisan2nya, and spesial buat Bu Mur yang telah banyak mengajariku dalam menjalani hidup ini, dan oleh karena belilaulah aq mulai belajar untuk menulis,,
kapan lagi kita bisa kumpul bersama buat memajukan pangan2 lokal kita, miss you my best partner, semoga kalian juga sukses dalam pekerjaan masing2,,
Selasa, 25 September 2012
Minggu, 15 Juli 2012
Mari mengenal Artritis
Hidup sehat sampai hari tua merupakan
dambaan setiap orang. Tidak ada seseorang yang menginginkan di hari tuanya duduk
diatas kursi roda hanya karena radang sendi/ artritis. Sampai saat ini, masih banyak
orang yang menganggap bahwa artritis merupakan penyakit orang tua, tetapi rumor
dan anggapan ini salah. Artritis dapat menyerang siap saja, baik yang masih
muda maupun sudah berusia lanjut. Faktanya, sekitar 285.000 anak di Amerika menderita
nyeri artritis setiap hari, dan di Inggris sekitar 15.000 anak menderita
artritis sejak usia muda (Charlish, 2010). Hal ini menunjukkan bukan tidak
mungkin jika artritis dapat terjadi sejak usia anak-anak. Pemerintah Amerika
pun memproyeksikan pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan penderita artritis
sebesar 60 juta jiwa. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang artritis, penyebab
artritis, dan bagaimana cara mengatasinya terutama dengan cara pengaturan pola
makan dan jenis makanan yang dianjurkan, buku ini akan menjelaskannya. Pengaturan
pola makan dalam cara penanganan artritis dipilih oleh karena pola makan
merupakan hal penting dalam menentukan kesehatan tubuh atau justru berpotensi
menyebabkan penyakit, yang mana hal ini terkadang di anggap sepele, namun
sangat fatal akibatnya jika salah dalam memilih makanan.
A. Mengenal Artritis
Artritis bisa dikatakan sendi
yang meradang (inflamasi). Namun, tidak merujuk pada peradangan sendi saja.
Artritis juga menunjukkan sebuah sendi yang cedera, teregang, terinfeksi, dan
rusak atau aus. Artritis berbeda dengan reumatisme, tetapi saling berkaitan.
Reumatisme menggambarkan beberapa gangguan, termasuk fibrosis dan reumatik
polymyalgia (reumatik pada beberapa otot) yang dikarakterisasikan dengan
peradangan jaringan otot, sendi, dan tendon. Gejala umumnya seperti nyeri dan
kekakuan. Sedangkan kombinasi dari reumatisme dan artritis disebut artritis
reumatoid.
Artritis memiliki beberapa
bentuk. Jenis yang paling umum adalah osteoartritis, artritis reumatoid, dan
gout. Sedangkan bentuk yang lainnya seperti ankylosing
spondylitis, lupus, artritis psoriasis, artritis infeksi, artris septik,
sindrom sjogren, reumatik polymyalgia, dan fibromyalgia. Berikut penjelasan
beberapa bentuk artritis tersebut.
1.
Osteoartritis
Osteoartritis merupakan bentuk yang
paling umum dari artritis, biasanya terjadi pada orang paruh baya atau lanjut
usia terutama bagi orang yang kelebihan berat badan, dan hampir 70% orang
diatas umur 70 tahun menderita penyakit ini. Orang yang menderita osteoartritis
mengalami rasa nyeri dan kehilangan fungsi sendi yang terkena, seperti pada
leher, punggung bawah, lutut, panggul, dan sendi-sendi jari. Osteoartritis
disebabkan oleh degenerasi bertahap tulang rawan yang mengelilingi dan
melindungi sendi yang terkena. Semakin lama permukaan tulang rawan ini akan
menjadi kasar, pecah-pecah, dan lebih keras.
Pada awalnya orang yang menderita
osteoartritis mengalami rasa nyeri setelah menggunakan sendi. Rasa nyeri
tersebut dapat bertambah sepanjang hari dengan dukungan kondisi cuaca yang
lembab, dan bagi orang yang kemungkinan terserang osteoartritis akan mengalami
rasa nyeri, kekakuan, dan penghambatan gerakan yang membaik setelah
beristirahat.
2.
Artritis reumatoid
Artritis reumatoid merupakan
kombinasi dari reumatisme dan artritis, paling banyak menyerang wanita pada
umur berapapun termasuk saat masa kanak-kanak, tetapi biasanya dimulai pada
waktu muda atau paruh baya. Umumnya terjadi antara usia 25 dan 50 tahun.
Artritis reumatoid berbeda dengan gangguan robek dan keausan pada
osteoartritis. Artritis jenis ini merupakan penyakit peradangan pada sistem
kekebalan yang mempengaruhi sendi dan jaringan lain. Penyebab penyakit ini
tidak diketahui secara pasti, tetapi dokter memastikan diagnosa dengan beberapa
pertimbangan seperti; keberadaan artritis yang lebih lama dari 6 minggu,
kekakuan yang lama di sendi pada pagi hari, keberadaan nodul yang khas dibawah
kulit, erosi sendi yang terlihat pada rontgen, dan test antibodi faktor
reumatoid pada darah positif. Artritis reumatoid ini menyebabkan perubahan
bentuk tangan (seperti jari bengkok menjauhi ibu jari) dan terkadang menyerang
kedua sisi tubuh secara simetris.
3.
Gout
Gout terjadi akibat terganggunya
proses kimia di dalam tubuh yang disebabkan oleh kristal asam urat yang
terbentuk oleh adanya kelebihan asam urat di sendi. Jika kristal ini masuk ke
dalam ruang sendi maka akan terjadi radang, bengkak, dan nyeri yang parah. Gout
lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan, dan bagian yang sering
terserang adalah ibu jari kaki. Biasanya gout terjadi pada perempuan setelah
menopouse ketika perlindungan terhadap penyakit pada wanita menurun. Gout
memang tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan, dan apabila penyakit
ini dibiarkan saja akan menyebabkan kelumpuhan, hipertensi, dan kerusakan
ginjal yang pada akhirnya dapat berakibat fatal.
4.
Artritis jenis lain
· Ankylosing spondilitis, tipe artritis yang menyerang tulang
belakang. Sebagai akibat peradangan, ruas tulang punggung tampak tumbuh
menyatu.
· Juvenile arthritis (arthritis pada anak-anak), Istilah umum bagi semua tipe arthritis yang menyerang anak-anak. Anak-anak
dapat terkena Juvenile
Rheumatoid Osteoarthritis atau lupus
anak, ankylosing spondylitis atau tipe lain dari arthritis.
· Systemic Lupus Erythematosus
(lupus), Penyakit yang
dapat menyebabkan radang dan merusak sendi serta jaringan penyambung (connective tissue) seluruh tubuh secara serius.
· Schleroderma, Penyakit yang menyerang jaringan penyambung pada
seluruh tubuh yang menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit.
· Fibromyalgia, Rasa sakit yang menyebar pada otot-otot dan menjalar
ke tulang. Kebanyakan menyerang perempuan.
Adapun penyebab dari semua jenis artritis
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Usia
Pertambahan usia merupakan penyebab umum pada beberapa jenis
artritis. Walaupun demikian, usia bukanlah penyebab dari sebagian besar kondisi
artritis. Proses bertambahnya umur secara alamiah berkontribusi besar
mempercepat penyakit artritis dan menurunkan sistem kekebalan tubuh.
2.
Kelebihan berat badan (artritis)
Setiap penambahan 1 kg meningkatkan resiko terjadinya osteo artritis sebesar
10%. Bagi orang yang obes, setiap penurunan berat walau hanya 5 kg akan
mengurangi faktor resiko oseteoartritis di kemudian hari sebesar 50% .
3.
Faktor keturunan
Faktor keturunan ini merupakan penyebab umum resiko
terjangkitnya penyakit artritis. Namun, ini tidak berarti artritis diwariskan
sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai orang tua penderita
artritis mewarisi predisposisi (kecenderungan) genetika untuk terserang
penyakit artritis.
4.
Faktor genetika
Pengaruh faktor genetik mempunyai kontribusi sekitar 50% terhadap resiko
terjadinya osteoartritis pada tangan dan panggul, dan sebagian kecil pada lutut
(Muchid, dkk, 2006). Dari hasil penelitian ditemukan adanya deretan asam
nukleat khusus salah satu penyusun DNA (cetak biru genetika tubuh) yang
merupakan penanda artritis reumatoid.
5.
Faktor jenis kelamin
Secara persentase penyakit artritis menyerang wanita. Bahkan
di Amerika Serikat 2/3 penderita penyakit ini adalah wanita.
6.
Faktor lingkungan.
Artritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang berada di lingkungan sekitar.
7.
Otoimun
Otoimun adalah proses ketika sistem kekebalan tubuh “berbuat
kesalahan” dan mulai menyerang bagian tubuh sendiri. Proses ini dipicu oleh
infeksi bakteri dan virus yang mengaktifkan sistem kekebalan, yang tidak
berhenti dengan cara normal ketika infeksi ini hilang. Otoimun ini akan melemah
dengan bertambahnya usia.
8.
Latihan dan olahraga
Pada dasarnya latihan dan olahraga memang menyehatkan tubuh.
Akan tetapi, apabila olahraga tidak dilakukan dengan benar justru akan
memperparah artritis bagi orang yang mempunyai predisposisi penyakit artritis,
seperti olahraga yang membutuhkan posisi yang tidak wajar yang harus ditahan
selama beberapa waktu pada saat tubuh dalam keadaan tegang maka hendaknya
berlatih dan berolahraga secukupnya saja.
9.
Obat-obatan
Obat menjadi salah satu penyebab artritis karena obat dapat
bereaksi dengan obat lain yang dapat menghasilkan efek samping yang tidak
diinginkan dalam bentuk artritis.
10. Trauma (Cedera)
Terkadang artritis berkembang setelah
cedera yang merusak sendi tanpa mempertimbangkan adanya kecenderungan genetika,
dan artritis ini dapat berkembang beberapa tahun setelah trauma yang disebut
artritis sekunder.
11. Alergi
Selain karena beberapa faktor yang
telah disebutkan diatas, artritis juga dapat terjadi karena alergi terhadap
makanan tertentu yang menyebabkan peradangan.
B.
Tanda – Tanda Artritis
Biasanya,
gejala awal timbulnya berbagai
jenis penyakit artritis
pada sebagian orang hampir
sama yaitu;
kekakuan sendi, bengkak, kemerahan, dan bagian sendi yang sakit terasa
panas disertai badan demam, hanya saja ada sedikit perbedaan gejala antara osteoartritis, artritis
reumatid, gout, dan lupus. Astritis
reumatoid dapat
memengaruhi bagian tubuh selain sendi, seperti mulut, mata, ginjal, jantung dan
paru-paru sehingga menyebabkan kelelahan ekstrim, penurunan berat badan dan malaise (lesu). Sedangkan
osteoartritis dan gout
hanya mempengaruhi
sendi.
1.
Osteoartritis
·
Umumnya menyerang bantalan sendi berat seperti pinggul
dan lutut
·
Dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal.
·
Rasa sakit timbul setelah beraktivitas.
·
Kekakuan
di pagi hari hanya berlangsung singkat (< 30 menit), dan rasa sakit persendian dapat
memburuk di sepanjang hari.
·
Kerusakan sendi bersifat permanen.
2.
Artritis reumatid
·
Terjadi peradangan sendi, terasa hangat di bagian sendi,
bengkak, kemerahan dan sangat sakit.
·
Biasanya menyerang
sendi yang sama di kedua sisi tubuh (simetris), meskipun pada awalnya mungkin
hanya satu sisi.
·
Nyeri
atau kekakuan berkepanjangan (berlangsung lebih dari 30 menit) di pagi hari
atau setelah istirahat panjang.
·
Demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah,
dan anemia
·
Mungkin
hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, atau gejala bisa datang dan pergi. Akan
tetapi, bagi penderia yang sudah mengalami artritis reumatid berat dapat berlangsung seumur
hidup.
3.
Gout
·
Bagi sebagian besar
orang, awalnya gout
menyerang sendi dari ibu jari kaki. Akan tetapi, terkadang selama penyakit berjalan, gout akan
menyerang ibu jari kaki sebanyak 75% Bagian lain yang dapat terserang diantaranya adalah pergelangan
kaki, tumit, pergelangan tangan,
jari, dan siku.
·
Dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal.
·
Kekakuan hanya terjadi pada saat serangan terjadi,
biasanya di malam hari
setelah mengkonsumsi makanan tinggi purin atau obat perangsang air seni (diuretik).
Apabila radang sendi terjadi selama 24 jam, bengkak, sendi kemerah-merahan, dan
terjadi hiperurisemia merupakan gejala gout akut,
·
Rasa
sakit dan bengkak gout dapat hilang dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup.
Bila timbul kembali, gout biasanya menyerang sendi yang sama atau sendi yang
sama di sisi lain tubuh.
4.
Lupus
·
Nyeri pada kedua sisi tubuh pada saat yang sama, terutama
nyeri sendi dari lengan, pergelangan, siku lutut atau pergelangan kaki.
·
Sendi terlihat meradang dan terasa hangat saat disentuh,
tetapi tidak seperti artritis reumatoid. Biasaya lupus tidak menimbulkan
kerusakan sendi permanaen.
Kamis, 12 Juli 2012
Mengapa Terjadi Obesitas????
A. Mengapa Terjadi Obesitas?
Terjadinya obesitas dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor genetik (keturunan), psikologis, kurangnya
melakukan aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak teratur. Dari semua faktor
ini, obesitas yang dikarenakan faktor genetik inilah yang paling sulit untuk diatasi. Penelitian gizi di Amerika melaporkan
bahwa apabila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang untuk
melahirkan anak yang gemuk sebesar 40-70%, dan apabila kedua orang tuanya
menderita kegemukan maka peluang untuk melahirkan anak gemuk sebesar 70-80%. Selain
faktor genetik, obesitas yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur ini menarik untuk dibahas
karena pada dasarnya obesitas yang disebabkan oleh faktor ini dapat
dikendalikan, mudah diatasi, dan berat badannya lebih mudah dikembalikan
seperti semula (berat badan ideal).
Obese yang di mulai dari masa anak-anak lebih sulit untuk diturunkan berat badannya saat dewasa
karena kegemukan pada masa anak-anak akan membentuk sel tubuh yang jumlahnya
melebihi jumlah sel normal. Namun,
bagi orang tua yang mempunyai anak dengan kondisi badan tidak normal/ gemuk tidak perlu khawatir karena resiko kegemukan
anak saat menjadi dewasa dapat diminimalkan
dengan pengaturan pola makan setiap hari. Buku ini akan menyajikan beberapa
menu untuk mengatur pola makan dengan menu 14 hari berulang.
Pola makan yang tidak teratur seperti makan
berlebihan, makan terburu-buru, salah memilih dan mengolah makanan, serta
kebiasaan mengemil makanan ringan yang sulit ditinggalkan oleh seseorang yang telah kecanduan “nyemil”
merupakan faktor pendukung terjadinya obesitas. Dengan semakin tingginya
aktivitas kerja seseorang, waktu untuk berolahraga dan makan semakin berkurang, bahkan
sebagian orang tidak sempat untuk pergi ke kantin pada jam istirahat untuk
menyempatkan makan dan menikmati apa yang dikonsumsinya. Sebagian membawa bekal dan sebagian besar memesan
makanan junk food/ fast food dengan sistem pemesanan (delivery service)
yang akhir-akhir ini semakin marak karena berpeluang meraih omset tinggi dan
banyak orang yang membutuhkannya. Selain karena adanya pelayanan makanan yang
begitu mudah, dengan tersedianya
berbagai fasilitas yang memudahkan untuk beraktifitas, seperti eskalator, lift, dan
sebagainya yang mengurangi aktivitas fisik seseorang memicu terjadinya obesitas.
Hazard Analysis and Critical Control Point
1.
Identifikasi Bahaya
HACCP adalah suatu alat (tools)
yang digunakan untuk menilai
tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan, dengan
menitikberatkan pada pencegahan
dan pengendalian proses dari pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan dalam cara
pengawasan tradisional (Suklan,
1998).
Hazard Analysis,
adalah analisis bahaya atau kemungkinan adanya
risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi
pangan yang tidak dapat diterima
karena merupakan penyebab masalah keamanan pangan.
Bahaya tersebut meliputi :
- keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik pada bahan mentah.
- Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
- Kontaminasi atau kontaminasi ulang ( cross contamination) pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
Dalam identifikasi bahaya mempelajari jenis -jenis
mikroorganisme, bahan kimia
dan benda asing terkait yang harus didefinisikan. Untuk dapat melakukan ini, tim harus memeriksa
karakteristik produk serta
bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi oleh konsumen.
Terdapat tiga bahaya (hazard)
yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsum si, yaitu hazard fisik, kimia, dan biologi. Bahaya fisik termasuk
benda -benda seperti pecahan
logam, gelas, batu, yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun
perlukaan pada saluran pencernaan.
Bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih, antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan
makanan. Bahaya biologi
antara lain mikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun. Pada Tabel 1 akan diuraikan beberapa bahaya biologis
yang mungkin mencemari bahan pangan. Sedangkan Tabel 2 dan 3 akan menguraikan
bahaya kimia yang mungkin mencemari bahan pangan
Tabel 1. Bahaya Biologis yang dapat mencemari produk
pangan
Bahan Pangan
|
Organisme Patogen
|
|
Daging dan produk daging
|
Salmonella
S. aureus
Y. enterocolitica
C. perfringens
C. botulinum
|
E. coli patogenik
L. monocytogenes
Virus enteric
Parasit
|
Susu dan produk susu
|
Mycobacterium
Brucella
Salmonella
L. monocytogenes
E. coli
|
S. aureus
Bacillus sp.
Clostridium sp.
Virus
|
Unggas dan produk unggas
|
Salmonella
Campylobacter
C. perfringens
|
S. aureus
Y. Enterocolitica
L. monocytogenes
|
Produk hasil laut (ikan, kerang, udang)
|
V. cholerae
V. parahaemolyticus
C. botulinum
|
L. monocytogenes
Parasit
Virus (utama Hepatitis A)
|
Sayur-sayuran
|
Salmonella
Shigella
V. cholerae
L. monocytogenes
|
Virus Hepatitis A& enteric
Parasit
|
Tabel 2. Bahaya Kimia yang dapat mencemari produk pangan
Kelompok
|
Jenis Bahan Kimia
|
Contoh
|
Terbentuk
secara alami
|
Mikotoksin,Skrombotoksin,
Toksin jamur & kerang, Alkaloid
pirolizidin, Fitohemaglutinin, PCB
(polychlorinated biphenyl)
|
Aflatoksin,
okratoksin, zearalenon, Histamin, Amatoksin,
palotoksin
Toksin paralitik,
toksin diare, neurotoksin, toksin amnestik
|
Ditambahkan
secara sengaja atau tidak sengaja
|
Bahan kimia
pertanian
Logam/benda berbahaya, Bahan
tambahan (terlarang atau melebihi batas), Bahan
bangunan & sanitasi, Pengawet
|
Pestisida,
fungisida, pupuk, insektisida, aldrin, antibiotik, hormon pertumbuhan, fertilizer, Pb,
Zn, As, Hg, Sianida Pewarna (amarant, methanil yellow, rhodamin B) Lubrikan,
sanitizer, pelapis Nitrit, formalin, boraks
|
Tabel 3. Bahaya Toksin
yang dihasilkan mikroorganisme
Mikotoksin
|
Mikroba penghasil
|
Makanan
yang tercemar
|
Aflatoksin
|
Aspergillus
flavus
|
Jagung,
kacang tanah, biji kapas, kopra, beras, susu, kacang-kacangan lain.
|
Patulin
|
Penicillium
claviforme
|
Apel,
anggur, buah-buahan
|
Okratoksin A
|
Aspergillus
ochraceus
|
Gandum,
jagung, barlei, kacang tanah, biji-bijian
|
Zearalenon
|
Fusarium
sp.
|
Jagung,
barlei, sorghum, wijen, minyak jagung, pati
|
Fumonisin
|
Fusarium
moniliforme
|
Jagung,
barlei, sorghum, wijen, minyak jagung, pati
|
Botulinin
|
Clostridium
botulinum
|
Makanan kaleng,
daging, ikan & sea food, telur, sayuran
|
Asam bongkrek
|
Pseudomonas
cocovenenans
|
Bungkil
ampas kelapa, tempe bongkrek
|
Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1.
Formulasi; adalah bahan mentah dan bahan
baku ya ng dapat mempengaruhi
keamanan dan kestabilan produk.
2.
Proses; adalah parameter proses pengolahan
yang dapat mempengaruhi bahaya.
3.
Kemasan; adalah perlindungan terhadap
kontaminasi ulang dan
pertumbuhan mikroorganisme
4.
Penyimpanan/penanganan; adalah waktu dan
kondisi suhu serta penanganan di
dapur dan penyimpanan di etalase.
5.
Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen
atau ahli masak professional.
6.
Target grup; yaitu pemakai akhir makanan
tersebut (bayi, orang
dewasa, lanjut usia)
Semua faktor ini harus
dipertimbangkan untuk menentukan risiko serta
tingkat bahaya yang dikandungnya. Tiap -tiap pengawasan/ studi harus memeriksa mikroorganisme
tertentu, bahan kimia atau
pencemar fisik yang mungkin mempengaruhi keamanan produk
tertentu. Pengendalian dapat didefinisi kan secara tepat dengan cara ini. Berikut akan diuraikan cara identifikasi bahaya pada
susu segar pada Tabel 4.
Tabel 4. Contoh identifikasi bahaya pada susu segar
Bahan/ Produk
|
Bahaya
|
Dampak
|
|
Susu segar
|
Fisik
|
Tanah, kerikil
|
Keruh
|
Kimia
|
Formalin
|
Keracunan
|
|
Mikrobiologis
|
Lactobacillus
|
merombak laktosa
menjadi asam laktat sehingga susu menjadi asam
|
2. Penentuan Titik Kendali Kritis/ CCP
dengan Pohon Keputusan (Tree Decission)
Critical Control Point (CCP
atau titik pengendalian kritis), adalah
langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan
untuk mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya
sampai titik aman (Bryan, 1995). Sedangkan
CP adalah Setiap titik dalam sistem pangan spesifik dimana hilangnya kendali
dapat menimbulkan cacat ekonomis atau
mutu, atau peluang
terjadinya resiko kesehatan rendah .
Titik pengendalian kritis
(CCP) dapat berupa bahan mentah, lokasi, praktek, prosedur atau pengolahan dimana pengendalian dapat
diterapkan untuk mencegah
atau mengurangi bahaya. Ada dua titik pengendalian kritis:
- Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1),
adalah sebagai titik dimana bahaya
dapat dihilangkan
- Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2),
adalah sebagai titik dimana bahaya
dikurangi.
Meskipun aplikasi HACCP
pada umumnya dilakukan di dalam industri
pengolahan pangan, tetapi pada prinsipnya dapat dilakukan mulai dari produksi bahan baku sampai
pemasaran dan distribusi. Hal ini
disebabkan beberapa kontaminasi, misalnya logam berat,
pestisida, dan mikotoksin yang mungkin
mencemari bahan baku pada waktu
produksi, sangat sulit dihilangkan dengan proses pengolahan. Oleh karena itu pengawasan terhadap bahan
-bahan berbahaya tersebut
harus dimulai dari saat produksi bahan baku. HACCP tidak
hanya diterapkan dalam industri pangan
modern, tetapi juga diterapkan
dalam produksi makanan katering/jasa boga, makanan untuk hotel dan restoran, bahkan dalam
pembuatan makanan jajanan.
CCP ditetapkan pada setiap
tahap proses mulai dari awal
produksi suatau makanan hingga sampai ke konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP
untuk bahaya mirobiologis, kimia,
maupun fisik. Pada beberapa produk pangan, formulasi
makanan mempengaruhi tingkat keamanan nya, oleh karena
itu CCP pada produk semacam ini diperlukan untuk mengontrol
beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan makanan.
·
Beberapa contoh CCP yang dapat dikendalikan secara efektif
Jenis CCP
|
Pengendalian yang
Dapat Dicapai Secara Efektif
|
Pasteurisasi susu
|
Membunuh sel
vegetatif
|
Penggunaan wadah
yang tepat
pada makanan berasam
tinggi
|
Mencegah keracunan
logam
|
· Beberapa
Contoh CCP yang Dapat Dikendalikan Sebagian
Jenis CCP
|
Pengendalian yang
Dapat Dicapai Sebagian
|
Pencucian dan
sanitasi peralatan
|
Mengurangi
pencemaran produk selama
pengemasan
|
Sortasi
kacang tanah dengan
peralatan yang terkontrol
|
Mengurangi cemaran
mikotoksin pada
produk-produk kacang tanah
|
Critical
Control Point (CCP) atau titik pengendalian kritis dapat didefinisikan sebagai
“Sebuah tahapan dimana pengendalian dapat dilakukan dan sangat penting untuk
mencegah atau menghilangkan potensi bahaya terhadap keamanan pangan atau menguranginya
hingga ke tingkat yang dapat diterima.” Dengan kata lain, CCP adalah suatu
titik, prosedur atau tahapan dimana terlewatnya pengendalian dapat
mengakibatkan resiko yang tidak dapat diterima terhadap keamanan pangan. Dengan
demikian, “Jika suatu potensi bahaya telah diidentifikasi pada suatu tahapan
dimana pengendalian diperlukan untuk menjamin keamanan produk, dan tidak ada
upaya pengendalian lain yang ada pada tahapan ini, maka produk atau
proses tersebut harus
dimodifikasi pada tahapan tersebut atau pada tahap sebelum atau sesudahnya agar
potensi bahaya tersebut menjadi dapat dikendalikan.
Setelah
diketahui adanya titik bahaya dalam alur proses, selanjutnya dilakukan
penentuan titik kendali kritis (TKK). Pada tahap ini, semua tahapan proses diidentifikasi
sehingga dapat ditentukan pada tahapan proses mana bahaya yang ada akan
dihilangkan atau dikurangi. Untuk mengendalikan bahaya yang sama mungkin
terdapat lebih dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan TTK
selalu dilakukan pada setiap proses, mulai dari awal proses hingga di konsumsi.
Pada setiap tahap tersebut, ditentukan bahaya biologis, kimia, maupun fisik.
Penentuan titik kendali kritis dilakukan dengan menggunakan diagram penentuan
CCP.
Penentuan CCP
dilandaskan pada penilaian tingkat keseriusan dan kecenderungan kemunculan
potensi bahaya tersebut. Penentuan CCP juga didasarkan pada hal-hal yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan, mencegah atau mengurangi potensi bahaya pada
suatu tahap pengolahan.
Pemilihan CCP dibuat berdasarkan
pada :
a.
Potensi bahaya yang teridentifikasi dan kecenderungan
kemunculannya.
Hal ini dikaitkan dengan hubungannya terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan kontaminasi yang tidak dapat diterima.
b.
Operasi dimana produk tersebut terpengaruh selama pengolahan,
persiapan dan sebagainya.
c.
Tujuan penggunaan produk.
Penentuan
CCP dapat dibantu dengan menggunakan pohon keputusan (Lampiran 1).
Penerapannya harus bersifat lentur, tergantung pada situasi yang
dihadapi.Proses identifikasi CCP sesungguhnya sangat dibantu oleh pemahaman
yang benar terhadap pertanyaan pertanyaan yang muncul dalam pohon keputusan.
Pemahaman ini sangatlah mendasar. Contoh CCP antara lain: pemasakan,
pengendalian formulasi, pendinginan atau pengemasan.
a)
Pemasakan.
Bahan mentah yang digunakan
sering kali mengandung patogen. Pengawasan pada saat penerimaan merupakan titik
pengendalian kritis, tergantung pada asal dan penggunaan produk tersebut. Jika
ada satu atau lebih tahapan selama pengolahan (misalnya pemasakan) yang dapat
menghilangkan atau mengurangi sebagian besar potensi biaya biologis, maka
pemasakanakan menjadi CCP.
b)
Pengendalian formulasi
bisa menjadi CCP.
Beberapa bahan baku mempengaruhi pH atau kadar Aw makanan
sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Serupa dengan hal tersebut,
penambahan garam menciptakan lingkungan yang selektif untuk pertumbuhan
mikrobia. Nitrit dalam jumlah yang cukup akan mencegah pertumbuhan spora yang
terluka karena panas. Dengan demikian,pada produk-produk tertentu, konsentrasi
garam yang cukup tinggi serta nitrit dapat dimasukkan sebagai CCP dan diawasi
untuk menjamin keamanannya.
c)
Pendinginan bisa menjadi CCP pada produk tertentu.
Penurunan suhu secara cepat pada makanan yang dipasteurisasi
adalah proses sangat penting. Pasteurisasi tidak mensterilkan produk namun
hanya mengurangi beban bakteri hingga ke tingkat tertentu. Spora yang dapat
bertahan pada proses pasteurisasi akan tumbuh jika proses pendinginan yang
tidak tepat atau tidak cukup dingin selama penyimpanan.
d)
pengemasan pangan siapsantap sangat sensitif terhadap mikroba.
Dengan demikian, praktek-praktek higienis tertentu mungkin harus
dianggap sebagai CCP.
Potensi
bahaya yang tidak sepenuhnya menjadi sasaran program pendahuluan akan ditinjau
ulang dengan menggunakan pohon keputusan HACCP pada tahapan proses dimana
potensi bahaya tersebut berada. Pohon keputusan memiliki 4 pertanyaan yang
disusun secara berurutan dan dirancang untuk menilai secara obyektif CCP yang
ada dan tahapan proses mana yang diperlukan untuk mengendalikan potensi bahaya
yang telah teridentifikasi. Cara penggunaan pohon keputusan serta pemahaman
yang dibuat selama analisis harus dicatat dan didokumentasikan. Lembar
identifikasi CCP telah dikembangkan dari pohon keputusan untuk mencatat seluruh
informasi yang sesuai. Formulir berisi informasi ini akan berfungsi sebagai
dokumen acuan dimana seluruh bahan baku dan tahapan proses dengan potensi
bahaya yang teridentifikasi dicatat dan didokumentasikan. Pekerja pabrik dan
pengawas akan dapat mengacu pada formulir ini ketika mengevaluasi mengapa
proses-proses tertentu tidak dimasukkan sebagai CCP.
Pengendalian
bahaya dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya atau menguranginya sampai
batas aman. Sebagai contoh, pemasakan daging burger pada suhu 700C
selama dua menit untuk membunuh E. Coli dannpatogen lain sebanding
dengan suhu 750C dalam waktu sekejap. Sterilisasi dapat membunuh
mikroba patogen kecuali Clostridium botulinum. Selanjutnya dari hasil pengujian
mikrobiologis diperoleh bahwa keberadaan bakteri patogen menurun menjadi sepuluh
koloni. Berdasarkan batas kritis yang hanya 2 koloni, berarti harus dilakukan
perbaikan dalam proses sterilisasi.
Batas kritis
adalah nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat diterima dengan nilai yang
tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis dapat berupa
bahan mentah/baku, lokasi, tahap pengolahan, praktek atau prosedur kerja, namun
harus spesifik, misalnya:
1.
Tidak adanya pencemar tertentu dalam bahan mentah/ baku.
2.
Standar higienis dalam ruangan pemasakan /dapur
3.
Pemisahan fasilitas yang digunakan untuk produk mentah dan yang
untuk produk jadi/masak.
Kriteria yang
sering digunakan untuk menentukan batas kritis adalah suhu, waktu, kelembaban,
pH, water activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam,
viskositas, adanya zat klorin, dan parameter sensorik. Jika keberadaan bahaya
telah teridentifikasi pada suatu tahap dan diperlukan pengendalian untuk
mengatasi bahaya hingga ke tingkat aman. Apabila tidak ada tindakan pengendalian pada
tahap tersebut, atau langkah lainnya, maka produk atau proses harus dimodifikasi pada tahap
tersebut, atau pada tahap sebelum atau sesudahnya dengan memasukkan suatu
tindakan pengendalian.
Cara
penggunaan pohon keputusan untuk mengidentifikasi CCP adalah dengan menjawab
pertanyaan secara berurutan. Jawaban atau keputusan untuk masing-masing
operasi pada diagram proses dicatat pada lembar identifikasi CCP. Jawaban harus
dikaitkan dengan masing-masing penyebab potensi bahaya yang teridentifikasi.
Pertanyaan Q1
: Apakah ada pengendalian yang telah dilakukan ? Bila jawabannya TIDAK, ikuti
panah selanjutnya. Apabila jawabannya YA, lanjutkan ke pertanyaan kedua.
Pertanyaan 1 harus diinterpretasikan dengan baik oleh operator. Jawaban yang
diberikan dapat menentukan cara pengendalian potensi bahaya yang
teridentifikasi, baik pada tahap proses ini maupun pada tahap yang lain dalam
industri pangan tersebut. Jelaskan jawaban dalam kolom yang sesuai pada lembar
identifikasi CCP.
Jika upaya
pengendalian tidak ada (pada tahap ini maupun tahap yang lain di dalam proses),
maka tim HACCP dapat mengusulkan modifikasi proses agar dapat mengendalikan
potensi bahaya ini. Modifikasi ini harus dapat diterima tim dan diterima oleh
departemen dan atau perusahaan. Upaya pengendalian harus dijelaskan dalam
formulir “Potensi Bahaya yang Tidak Dikendalikan oleh Operator”.
Pertanyaan Q2
: Apakah tahap ini terutama dirancang untuk menghilangkan atau mengurangi
munculnya potensi bahaya hingga ke tingkat yang dapat diterima ? Bila
jawabannya Ya berarti CCP dan bila jawabannya TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan
ketiga.
Adapun pengertian ”dirancang”
adalah prosedur dirancang secara khusus untuk mengatasi
bahaya yang teridentifikasi.
Misalnya : tahap sanitasi untuk membersihkan permukaan
yang bersentuhan dengan produk
Pertanyaan Q3 : Mungkinkan kontaminasi dengan potensi bahaya
yang teridentifikasi ada pada konsentrasi yang berlebihan atau dapatkah
meningkat hingga ke tingkat yang tidak dikehendaki. Bila jawabannya tidak
berarti bukan CCP. Bila jawabannya YA, lanjutkan ke pertanyaan keempat.
Pertanyaan Q4 : Apakah tahap berikutnya dapat menghilangkan
potensi bahaya yang teridentifikasi hingga ke tingkat yang dapat diterima ?
Bila jawabannya TIDAK berarti CCP dan bila jawabannya YA berarti bukan CCP.
Bila tahapan ini sudah dapat ditentukan CCP atau bukan CCP, lanjutkan dengan
pengamatan pada tahap selanjutnya dari alur proses. Ulangi pertanyaan Q1 sampai
Q4.
3. Pengendalian Proses dan Penerapan
PDCA
Konsep
PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada implementasinya akan membangun
budaya mutu yang continual improvement. Implementasi konsep PDCA untuk desain
wewenang dan tanggung jawab
dijabarkan berikut ini.
· Plan
(perencanaan) yaitu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya? Pada
tahapan perencanaan ini, rumusan desain diarahkan pada mengembangkan sasaran
dan proses-proses yang diperlukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan
kebijakan organisasi atau sesuai persyaratan pengguna.
· Do (melaksanakan), yaitu mengerjakan yang
direncanakan? Pada tahapan melaksanakan ini, rumusan desaindiarahkan pada
melaksanakan strategi, kebijakan, dan proses-proses yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam sasaran mutu atau sesuai persyaratan
pengguna.
· Check (memeriksa), yaitu apakah hasil yang
terjadi sesuai dengan yang direncanakan? Pada tahapan memeriksa ini, rumusan
desain diarahkan pada memantau, mengevaluasi, mengukur kesesuaian proses-proses
yang telah dijalankan dan produk yang telah dihasilkan dengan kebijakan
organisasi, sasaran mutu dan persyaratan produk yang telah ditetapkan.
Diperlukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan kebijakan organisasi atau
sesuai persyaratan pengguna.
· Action
(tindaklanjut), yaitu apakah tindaklanjut yang akan diambil dengan hasil yang
diperoleh dan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan hasil yang diperoleh?
Pada tahapan tindaklanjut ini, rumusan desain WT-nya diarahkan pada upaya-upaya
tindakan untuk meningkatkan kinerja proses secara bekesinambungan.
Penjabaran
dari konsep PDCA ini ke dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut :
Plan : Menyusun, merencanakan, mengkoordinasikan,
mensosialisasikan, dan mengkomunikasikan.
Do
: Melakukan, melaksanakan,
menerapkan, mengimplementasikan.
Check : Memeriksa,
memonitor, mengecek, mrngukur, mengevaluasi.
Act : Melaporkan,
mempertanggungjawabkan, menindaklanjuti, memperbaiki, dan
menigkatkan.
Sedangkan
bagan alir mengenai siklus PDCA terlampir pada lampiran 2
Langganan:
Postingan (Atom)